Mengapa Mendukung Ronaldo?

by:WintersEdge1 minggu yang lalu
925
Mengapa Mendukung Ronaldo?

Mengapa Kita Semua Perlu Izin untuk Menyukai Siapa yang Kita Inginkan

Dulu saya pikir jadi fans berarti harus masuk ke satu kampung. Tapi di tengah debat larut malam di HuPu setelah gagal di Liga Champions, saya sadar: tidak ada yang punya hak atas kehebatan.

Warisan Cristiano Ronaldo bukan sekadar statistik atau trofi—tapi kerja keras, sorotan publik, ritual persiapan sebelum pertandingan yang terasa lebih seperti teater daripada olahraga. Dan ya—ada orang yang benar-benar menyukainya.

Di forum sepak bola online, fandom sering berubah jadi politik identitas. Kamu harus pilih Messi atau… apa? Bukan bagian dari percakapan?

Tapi inilah pandangan saya: menyukai Ronaldo tidak membuatmu salah. Sama seperti menikmati hip-hop sambil menghargai simfoni bukan hipokrisi—ini soal selera.

Mitos ‘GOAT’ Satu-Satunya

Saya hormat pada kepiawaian Lionel Messi. Pandangannya, iramanya—seperti puisi dalam gerakan. Tapi begitu juga dengan presisi Ronaldo saat tertekan, kemampuannya melampaui rasa sakit dan tetap tampil saat dibutuhkan.

Di tenis, semua setuju Novak Djokovic mendefinisikan kehebatan—tapi apakah kita harus menyukainya semua? Tidak. Saya dukung Nadal karena semangatnya, ketahanannya di tanah liat, dan tekadnya tak menyerah meski kalah dua set.

Itu tidak berarti saya meremehkan Djokovic—saya hormati dia sebagai rekan selevel.

Sepak bola seharusnya seperti itu: banyak legenda hidup bersama tanpa hierarki paksa oleh algoritma media sosial atau mob forum.

Saat Fandom Jadi Eksklusif

Ada kontrak sosial aneh di dunia maya: jika kamu tidak menyembah Messi atau bahkan Jordan (ya, bahkan bintang basket ikut terlibat), kamu jadi kurang valid sebagai fans.

Aneh bagaimana beberapa fans merasa status mereka naik hanya karena ikut narasi populer—bukan karena cinta pada permainan, tapi karena pengakuan sosial.

Saya pernah baca komentar seperti: “Kamu tidak bisa menghargai sepak bola kalau tidak suka Messi.” Pernyataan semacam ini bukan sekadar opini—ini penjaga pintu disamarkan jadi semangat fanatik.

Siapa yang untung? Bukan fans. Bukan pemain. Hanya mereka yang senang dengan tribalisme dan kemarahan online.

Penghargaan sejati datang dari memahami kompleksitas—mengapa kita memilih sesuatu—bukan meniru apa yang orang lain harapkan kita rasakan.

Beban Emosional Jika Dihargai Rendah

tumbuh di South Side Chicago mengajarkan saya tentang marginalisasi—tentang merasa dilupakan meski sudah berusaha maksimal. Perasaan serupa muncul saat diam-diam mendukung seseorang yang dinilai ‘tidak keren’ oleh mayoritas.

Ronaldo tak menangkan gelar karena keberuntungan—Ia merebutnya melalui disiplin tanpa henti dan kekuatan psikologis langka.

tidak adil mengabaikan itu hanya karena ia tak lahir dalam kemewahan —terlebih kita semua tahu bakat butuh konteks.

terkadang ia tak main gaya favoritmu. Mungkin ia tak sesuai estetika elegan idealismumu. Tapi apakah itu menghapus dampaknya? Pertanyaannya adalah: tidak—and right to admire him should never be questioned just because others don’t share your view, or because he happened to peak at a awkward time between eras, The truth is simple: fandom should never cost shame.

WintersEdge

Suka39.37K Penggemar3.78K
La Liga ID